Jumat, 20 Januari 2017

Cita-Cita Bangsa Bidang Pendidikan Belum Terwujud

uksw.edu - Staf khusus Presiden Diaz Hendropriyono berbicara tentang pentingnya fungsi pendidikan bagi bangsa Indonesia saat berkunjung ke Sekolah Indonesia Kota Kinabalu di Sabah, Malaysia, Selasa (17/10. Menurutnya, sejak zaman sebelum kemerdekaan, pahlawan-pahlawan Indonesia sudah menekankan pentingnya pendidikan.

Sa‎lah satu alasan Pangeran Pattimura mengeluarkan Proklamasi Haria dan melakukan perjuangan melawan Belanda, ujarnya, karena pihak Belanda memutuskan untuk menghilangkan komponen pendidikan kala itu.‎ Tetapi, saat ini Indonesia belum bisa secara penuh mengimplementasikan cita-cita para pendahulu bangsa.

"Sebagai contoh, jumlah insinyur kita dibandingkan jumlah populasi masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia atau Singapura," kata D‎iaz di depan sekitar 130 guru Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).

Kunjungan itu digelar dalam rangka melihat secara langsung sertifikasi ulang guru Indonesia yang ada di Sabah. Acara ini dibuka secara langsung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu, Akhmad Irfan, dan dihadiri oleh Kepala Sekolah Istiqlal Makrip serta para staf Konsulat Indonesia untuk Tawau.‎

Diaz melanjutkan, sistem pendidikan di Indonesia harus terus malakukan peningkatan kualitas guru. Sebab, guru memiliki peran dan kontribusi yang besar terhadap masa depan generasi penerus. Bahkan, saat Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang oleh Belanda, dia tetap menjadi guru mengaji, karena merasa pentingnya pendidikan di masyarakat.‎

Apalagi, pendidikan bisa berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi dalam suatu bangsa. Karena itu, kata dia, perubahan yang akan terjadi di Indonesia harus dimotori oleh anak muda yang terdidik.

"Kita tidak tahu akan menjadi apa anak-anak didik kita ini 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita harus ingat bahwa ketika Christina Martha Tiahahu memimpin perjuangan di Maluku, dia baru berusia 17 tahun. Sumpah Pemuda 1928 juga dipimpin oleh orang-orang muda, seperti Sugondho, Leimena, atau Mohammad Yamin," kata Diaz. ‎

Dia berharap, Sekolah Indonesia Kota Kinabalu bisa mewujudkan keinginan para pendahulu bangsa. Untuk diketahui, sekolah Indonesia yang ada di Sabah merupakan bagian dari sekolah kebangsaan dan Community Learning Center (CLC)) yang tersebar di berbagai tempat (perkebunan, pabrik) di Sabah, Malaysia. Sistem ini merupakan sistem sekolah kebangsaan terbesar di dunia, dengan sekitar 24.000 siswa.

Sumber: http://www.beritasatu.com/pendidikan/409837-citacita-pendahulu-bangsa-di-bidang-pendidikan-belum-terwujud.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar