Rabu, 15 April 2020

Perang Melawan Corona, Siapa Garda Terdepan dan Garda Terbelakang

e Wicaksono - Wabah virus corona atau covid 19 telah menelan ratusan ribu korban jiwa di seluruh penjuru dunia. Dia Indonesia ratusan orang meninggal akibat terinveksi virus asal Wuhan, China ini. Hingga saat ini, Selasa (14/4/2020), kasus corona di Lampung sendiri sudah menelan lima nyawa.

Semua setuju wabah ini harus kita perangi, dan kita harus memenangi peperangan dengan virus yang tak terlihat itu. Namun yang menjadi pertanyaan, siapa yang menjadi garda terdepan dalam pertempuran yang semakin sengit ini? Berikut opini Hasan Arya Kusuma dari Lombok Timur;

Perang Melawan Corona
Ilustrasi
Ada banyak istilah yang muncul yang belakangan sangat viral di tengah pandemi Corona ini. Diantaranya: Lockdown, pandemi, Social/Physical distancing, APD, ODP, PDP, Isolasi, Karantina, rapid test, Contact Tracing, drive-thru test, garda terdepan, dll.

Namun ada satu istilah yang menurut saya perlu untuk tidak dipahami secara sempit, yaitu istilah Garda Terdepan. Kita sering mendengar sebagian orang mengatakan, Kami garda terdepan...Kami garda terdepan....!!

Pertanyaannya: Apakah istilah garda terdepan itu hanya berhak diklaim oleh satu pihak saja...sementara yg lain bukan garda terdepan? Lalu bisakah kita atau setiap orang mnjadi garda terdepan dengan berbagai latar belakang profesi?

Jawabannya: Bisa. tergantung bagaimana kita memahami makna garda terdepan menurut konteks pandemi yg sedang wewabah ini.

Menurut saya, Garda Terdepan adalah siapa saja baik individu/institusi yg secara sadar dan sungguh-sungguh berkontribusi aktif-produktif dalam upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 ini, apapun posisi dan profesinya.

Lalu siapa saja mereka?


1. Tenaga Medis, terdiri dari para dokter, perawat, dll. 
Mereka adalah garda terdepan di bidang medis dalam mengedukasi masyarakat tentang arti, sebab, bahaya, upaya pencegahan dan penanganan COVID-19. Mereka telah mngorbankan waktu, tenaga, fikiran, kebersamaan bersama keluarga, bahkan nyawa; dalam melakukan tes, mendiagnosa, menetapkan status penyakit, dan mengobati pasien COVID-19. 

Bahkan terkadang mereka harus menghadapi stigma yang kurang baik di lingkungan tempat tinggal mereka, karena dianggap ikut membawa virus dari pasien pulang ke rumah. Di antara mereka ada yang harus diusir oleh ibu kos mereka karena kekhawatiran atas hal tersebut, seperti kejadian di Jawa Barat baru-baru ini. 

Dan baru saja saya dapat broadcast WA tentang pernyataan pak Dahlan Iskan bahwa jumlah dokter Indonesia yang wafat dalam penanganan COVID 19 ini lebih banyak dari jumlah dokter yang meninggal di Cina. Karena itu, Garda terdepan ini sangat patut diapresiasi dan didukung secara moril, keselamatan, dan kesejahteraan mereka.

2. Pemerintah, termasuk juga di antaranya BNPB, dan TNI/Polri. 

Pemerintah adalah garda terdepan dalam upaya melahirkan kebijakan, menyiapkan baik dana maupun logistik yang diperlukan tim kesehatan, pasien , maupun rakyat secara umum sampai pada skenario terburuk apabila terjadi. 

Mereka juga berkewajiban memberikan edukasi, himbauan, dan informasi resmi kpd masyarakat umum ttg segala hal berkaitan dgn COVID-19, memberi mrk jaminan sosial dan harapan2 positif sehingga mmpu melewati pandemi ini dengan patuh terhadap seluruh himbauan, tanpa panik dan ketakutan yg berlebihan. 

Adapun TNI/Polri secara khusus, dengan Babinsa dan Babinkamtibmas nya adlh garda terdepan dlm membantu tim medis, mnjaga dan mngawasi agar seluruh himbauan pemerintah benar2 dipatuhi oleh masyarakat shg bisa segera memutus rantai penularan COVID-19. 

Kita membaca berita bahwa di Jawa Barat TNI/Polri sampai harus ikut mengawal petugas yang membawa jenazah pasien COVID-19 utk dimakamkan karena adanya sebagian masyarakat yg nenolak penguburan jenazah pasien di lingkungan mereka, yg ini patut kita saysngkan karena belum sampainya edukasi kepada mereka.

3. Para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk juga guru-guru sekolah. 
Mereka adalah garda terdepan dalam membantu menyampaikan pesan/himbauan pemerintah agar diterima secara baik dan sadar oleh umat dan masyarakat shg melahirkan perilaku positif dalam upaya memutus rantai penyebaran virus. 

Ulama nya baik secara individu atau kelembagaan (MUI, ormas islam, organisasi keagamaan, dll) memberikan ketenangan secara psikis dan spiritual berupa produk fatwa, bimbingan, kajian online, doa-doa mustajab mereka utk pemerintah dan umat secara umum sehingga menguatkan landasan ideologis masyarakat dlm mngikuti sluruh himbauan. 

Tokoh masyarakatnya apkah itu Kaling, Kadus, RW, RT mmbantu mendata anggota masyarakatnya, siapa yg sakit..siapa yg baru pulang mudik dn lain2, serta kreatif menginiasiasi program pnncegahan di lingkungannya. Adapun guru berperan aktif mngedukasi siswanya secara lgsg maupun via medsos tentang bahaya, pencegahan penyebaran virus.

4. Para jurnalis, pegiat medsos, buzzers dan influencers. 

Mereka garda terdepan sebagai corong dalam memberikan informasi yang aktual, akurat dan terpecaya kepada masyarakat.  Semakin banyak informasi yang diperoleh masyarakat, maka semakin teredukasi mereka dalam melakukan langkah-langkah sadar dan masif pada diri, keluarga, dan lingkungan mereka.

5. Masyarakat itu sendiri. 
Setelah mendapat himbauan dari pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat..maka merekalah garda terdepan dalam mengeksekusi seluruh himbauan tersebut. Jika pada diri mereka muncul langkah sadar dan disiplin utk tetap mlaksanakan protokol pencegahan baik di dlm dan luar rumah, mka berlalunya pandemi ini dlm waktu cepat akn benar-benar mnjadi kenyataan. Kuncinya ada pada masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian, kita bisa mnyimpulkan bhwa siapapun bisa mnjadi Garda terdepan jika secara sadar, pro-aktif, dan sungguh2 melakukan peran mereka di atas.

Lalu bagaimana dengan Garda Terbelakang? (Maaf ini adalah istilah saya)
Garda terbelakang dalam konteks ini adalah mereka yang sebenarnya punya otoritas dan kapasitas, sebagaimana disebutkan di atas, tapi tidak secara sadar dan aktif terlibat dalam upaya pencegahan dan penanganan dalam memutus rantai penyebaran COVID-19 di masyarakat.

Lalu siapa saja mereka?


1. Oknum Tenaga medis yg cuek dan mementingkan keselamatan diri sendiri daripada pasien.

2.Oknum Pemerintah/Pejabat yg tdk segera tanggap meregulasi dan mengeksekusi sluruh upaya memberikan informasi resmi dan penyediaan segala hal baik anggaran maupun logistik yg dibutuhkan oleh tenaga medis, pasien, dan masyarakat dlm menghadapi pandemi ini.

2. Oknum tokoh agama dan tokoh masyarakat yg tdk berupaya menyampaikan pesan/himbauan pemerintah kpd masyarakat, pdhl mrk punya massa, kharisma, dan petuah2 yg didengar utk mmpengaruhi masyarakat agar mematuhi seluruh himbauan pemerintah. Kita sayangkan di sebagian tempat misalnya, msih ada masjid yang melaksanakan sholat jamaah dan sholat jumat padahal himbauan lisan dan tertulis sdh disampaikan. Alasannya klasik, katanya kyai dan tuan gurunya blm melarang. Ini kan namanya kontra produktif dgn upaya mencegahan penyebaran virus.

3. Para jurnalis, pegiat medsos yg tdk mnyampaikan informasi yg valid, akurat dan terpercaya kpd masyarakat. Malah justru menyebarkn berita hoaks yg semakin mmbuat masyarakat panik dan takut.

4. Masyarakat yg kurang teredukasi, meremehkan, tdk disiplin mematuhi himbauan, bahkan cenderung tdk mau tahu ttg bahaya dan upaya pencegahan virus. Padahal sdh diingatkan oleh pemerintah nya, tokoh masyarakat dan tokoh agamanya.

Akhirnya..dan ini harapan kita semua, marilah kita bersama-sama mnjadi garda terdepan dengan segala otoritas, kapasitas, profesi dan posisi kita. Seluruh garda terdepan di atas saling bersinergi bahu-membahu sehingga mnjadi kekuatan Integrated holistic Frontline (satu kesatuan garda depan yang utuh dan menyeluruh) Karena pada hakikatnya kita semua BISA. 

Dan mari kita sama-sama mengajak diri dan orang sekitar kita agar garda terbelakang ini semuanya mnjadi garda terdepan sehingga Allah yg Maha Kuasa bisa segera mengangkat bencana ini dari negeri kita tercinta. Aamiin

Ditulis oleh Hasan Arya Kusuma
(Guru SMP Negeri 1 Sakra Timur)

Dipublikasikan, Minggu 5 April 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar